Kerajaan Salakanagara

Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara (yang disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara). Nama ahli dan sejarawan yang membuktikan bahwa tatar Banten memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi, antara lain adalah Husein Djajadiningrat, Tb. H. Achmad, Hasan Mu’arif Ambary, Halwany Michrob dan lain-lainnya. Banyak sudah temuan-temuan mereka disusun dalam tulisan-tulisan, ulasan-ulasan maupun dalam buku. Belum lagi nama-nama seperti John Miksic, Takashi, Atja, Saleh Danasasmita, Yoseph Iskandar, Claude Guillot, Ayatrohaedi, Wishnu Handoko dan lain-lain yang menambah wawasan mengenai Banten menjadi tambah luas dan terbuka dengan karya-karyanya dibuat baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Kerajaan Kuripan

Gambar denah situs Candi Agung, pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20). 
Kerajaan Kuripan, atau disebut pula Kahuripan, adalah kerajaan kuno yang beribukota di kecamatan Danau Panggang, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Kerajaan Kuripan berlokasi di sebelah hilir dari negeri Candi Agung (Amuntai Tengah). Diduga pusat pemerintahan kerajaan ini berpindah-pindah di sekitar Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tabalong saat ini. Kabupaten Tabalong terletak di sebelah hulu dari Kabupaten Hulu Sungai

Kerajaan Negara Dipa

Kerajaan Negara Dipa adalah kerajaan yang berada di pedalaman Kalimantan Selatan. Kerajaan ini adalah pendahulu Kerajaan Negara Daha. Kerajaan Negara Daha terbentuk karena perpindahan ibukota kerajaan dari Amuntai (ibukota Negara-Dipa di hulu) ke Muhara Hulak (di hilir). Sejak masa pemerintahan Lambung Mangkurat wilayahnya terbentang dari Tanjung Silat sampai Tanjung Puting. Kerajaan Negara Dipa memiliki daerah-daerah bawahan yang disebut Sakai, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Mantri Sakai. Sebuah pemerintahan Sakai kira-kira sama dengan pemerintahan lalawangan (distrik) pada masa Kesultanan Banjar. Salah satu negeri bawahan Kuripan adalah Negara Dipa. Menurut Hikayat Banjar, Negara Dipa merupakan sebuah negeri yang didirikan Ampu Jatmika yang berasal dari Keling (Coromandel).[3] Menurut Veerbek (1889:10) Keling, propinsi Majapahit di barat daya

Lambung Mangkurat

Lambung Mangkurat, merupakan pengucapan orang Banjar untuk Lambu Mangkurat adalah raja atau pemangku Kerajaan Negara Dipa.Lambung Mangkurat menggantikan ayahandanya Ampu Jatmaka atau Empu Jatmika, seorang saudagar kaya raya pendatang dari negeri Keling yang merupakan pendiri kerajaan Negara Dipa sekitar tahun 1387. Negara Dipa mula-mula berpusat di negeri Candi Laras (Margasari), kemudian berpindah ke hulu pada negeri Candi Agung (Amuntai).
Berbeda dengan versi Hikayat Banjar, legenda suku Maanyan mempercayai bahwa Lambung Mangkurat, merupakan pengucapan orang Melayu Banjar dari nama Dambung Mangkurap, salah satu tokoh masyarakat adat Pangunraun Jatuh.Lambung Mangkurat yang bergelar Ratu Kuripan ini adalah putra kedua dari Maharaja di Candi gelar dari Ampu Jatmaka/Empu Jatmika yang merupakan seorang perantau saudagar kaya raya dari negeri Keling (Koromandel) yang datang ke pulau Hujung Tanah atau pulau Kalimantan dengan armada Prabayaksa. Di dalam naskah Hikayat Banjar & Kotawaringin maupun Tutur Candi, secara tegas negeri Keling itu dimaknai sebagai suatu tempat di India yang

Kerajaan Negara Daha

Kerajaan Negara Daha adalah sebuah kerajaan Hindu (Syiwa-Buddha)yang pernah berdiri di Kalimantan Selatan sejaman dengan kerajaan Islam Giri Kedaton. Kerajaan Negara Dipa merupakan pendahulu Kesultanan Banjar. Pusat pemerintahan/ibukota kerajaan ini berada di Muhara Hulak/kota Negara (sekarang kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan), sedangkan bandar perdagangan dipindahkan dari pelabuhan lama Muara Rampiau (sekarang desa Marampiau) ke pelabuhan baru pada Bandar Muara Bahan (sekarang kota Marabahan, Barito Kuala). Kerajaan Negara Daha merupakan kelanjutan dari Kerajaan Negara Dipa yang saat itu berkedudukan di Kuripan/Candi Agung, (sekarang kota Amuntai). Pemindahan ibukota dari Kuripan adalah untuk menghindari bala bencana karena kota itu dianggap sudah kehilangan tuahnya. Pusat pemerintahan dipindah ke arah hilir sungai Negara (sungai Bahan) menyebabkan nama kerajaan juga berubah sehingga disebut dengan nama yang baru sesuai letak ibukotanya yang ketiga ketika dipindahkan yaitu Kerajaan Negara Daha.

Raden Sekar Sungsang

Raden Sekar Sungsang/Ki Mas Lalana/Panji Agung Rama Nata atau Raden Sakar Sungsang gelar Maharaja Sari Kaburungan adalah raja Negara Daha ke-1 (1495-1500). Nama ayahnya adalah Raden Carang Lalean - cucu Pangeran Suryanata, sedangkan ibunya Putri Kalungsu. Putri Kalungsu adalah cucu dari Lambu Mangkurat. Putera-putera Raden Sakar Sungsang adalah Raden Sukarama dan Raden Bangawan. Putera tertua, Raden Sukarama menggantikannya sebagai raja dengan gelar Maharaja Sukarama. Maharaja Sukarama mempunyai seorang puteri yaitu Raden Galuh Baranakan (ibu Sultan Suriansyah) dan empat putera lainnya yaitu Pangeran Mangkubumi (Raden Paksa, putera tertua), Pangeran Tumanggung (Raden Panjang), Pangeran Bagalung (Raden Bali) dan Pangeran Jayadewa (Raden Mambang, putera yang hilang) Versi Tutur Candi menyebutkan ayah Raden Sekar Sungsang

Kerajaan Kutai

Peta Kecamatan Muara Kaman
---
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.